Ulasan Buku: 'John Lewis: A Life' lebih menghumanisasi seorang tokoh hak asasi manusia

Dalam 'John Lewis: A Life,' David Greenberg menceritakan bagaimana ahli kongres Demokrat yang telah meninggal itu bereaksi setelah Partai Republik meraih kemenangan telak dalam pemilu 1994. Seorang staf berharap Lewis akan menghibur semangatnya dan memberitahunya bahwa ada sisi positifnya.

Namun, Lewis justru mengatakan kepadanya, 'Tidak ada sisi yang positif.' Pertukaran seperti ini yang mengungkap momen keputusasaan dan kerentanan oleh Lewis yang seolah-olah selalu optimis adalah salah satu yang membuat biografi Greenberg tentang ikon Hak Asasi Manusia ini begitu luar biasa. Sangat mudah untuk menulis buku yang berakhir sebagai hagiografi bagi seseorang yang menjadi otoritas moral bangsa dalam hak asasi manusia dan menjadi penghubung generasi muda dengan Rev. Martin Luther King Jr.

Greenberg justru menawarkan gambaran yang lebih lengkap tentang evolusi Lewis dan pendidikannya dalam politik. Greenberg melakukan ratusan wawancara untuk biografi ini, termasuk dengan Lewis sendiri, dan itu terlihat sepanjang buku.

Greenberg menggambarkan sorotan yang akrab dalam kehidupan Lewis, mulai dari seorang anak yang memberikan khotbah kepada ayam di ladang keluarganya hingga seorang aktivis yang mendapat patah tengkorak ketika ia dipukuli oleh polisi selama mars 'Minggu Berdarah' yang membantu memimpin pengesahan Undang-Undang Hak Memilih.

Ia juga menguraikan tahun-tahun Lewis di arena publik, sebagai anggota dewan kota Atlanta dan kemudian sebagai seorang kongresman veteran yang dihormati baik oleh Demokrat maupun Republik.

Namun, biografi ini melakukan pekerjaan yang sangat baik dengan memberikan pembaca konteks kehidupan Lewis, termasuk pertikaian antara dia dan tokoh-tokoh besar lainnya dalam gerakan hak asasi manusia. Dan memberikan pandangan dalam tentang bagaimana Lewis mengasah keterampilan politiknya dari waktu ke waktu, terutama dalam advokasi untuk pengesahan Undang-Undang Hak Memilih dan kemudian pengesahannya kembali.

Greenberg juga menceritakan bagaimana Lewis adalah sekutu yang awal dan vokal bagi komunitas gay dan lesbian, membela hak-hak mereka ketika bahkan politisi liberal lainnya menjaga jarak.

Sepanjang buku, Greenberg lebih menghumanisasi Lewis dengan membawa pembaca ke dalam kehidupan keluarganya termasuk hubungan kuatnya dengan istrinya dan detail tentang bagaimana dia menghabiskan hari-harinya menjelang kematian akibat kanker pada tahun 2020.

Puisi 'Invictus' oleh William Ernest Henley memainkan peran penting dalam biografi ini, yang menggambarkan bagaimana Lewis akan menghafal bait-baitnya sebagai seorang anak dan kemudian akan menyanyikannya di kantor. Sama seperti puisi itu, biografi mendebarkan Greenberg menggambarkan seseorang yang menjadi kapten dari jiwanya.